Dalil Perihal Kewajiban Berbakti Kepada Orang Tua
Dalil Al-Qur'an dan Hadits Kewajiban Berbakti Kepada Kedua Orang Tua - Wajib yakni sesuatu yang benar-benar harus dikerjakan. Apabila tidak maka yang bersangkutan akan mendapatkan konsekuensinya. Misalnya, seorang pengendara motor wajib menggunakan helm saat perjalanan. Jika tidak, maka ia akan mendapatkan beberapa konsekuensi. Pertama, ia ditilang petugas kemudian lintas. Kedua, jikalau hingga terjadi kecelakaan ia akan menderita lebih parah dibanding saat menggunakan helm, atau bahkan berujung kematian.
Orang beriman wajib meyakini 6 rukun iman. Salah satunya yakni meyakini bahwa Allah SWT yakni satu-satunya Tuhan yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Namun, jikalau ia meyakini ada sesuatu yang melebihi kekuasaan Allah, berarti ia telah melanggar kewajiban sebagai seorang mukmin. Maka ia tidak lagi dianggap sebagai mukmin melainkan musyrik, yakni orang yang menyekutukan Allah SWT.
Begitu pula dalam rukun Islam. Sebagai orang Islam maka wajib melakukan 5 rukun Islam, yakni syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bila mampu. Apabila ada orang mengaku muslim tetapi meninggalkan salah satu dari rukun Islam, atau bahkan dengan tegas ia menentang dan menolak rukun Islam. Berarti ia terang melanggar kewajiban sebagai seorang muslim. Maka ia tidak lagi disebut sebagai muslim melainkan kafir, yakni orang yang menentang kebenaran Islam.
Musyrik dan Kafir yang menentang Allah, tentu akan menerima ganjaran berupa siksaan api neraka yang amat sangat pedih. Beruntunglah bagi Mukmin dan Muslim yang senantiasa mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam anutan Islam, berbakti kepada orang renta hukumnya yakni wajib. Kewajiban berbakti kepada orang renta hukumnya sejajar dengan kewajiban di dalam rukun Islam. Bahkan beberapa ulama berpendapat, bahwa derajat berbakti kepada orang renta sejajar dengan perintah menyembah Allah SWT. Ini artinya, konsekuensi durhaka kepada orang renta sama menyerupai musyrik dan kafir. Lalu apa dasarnya? Adakah dalil yang menjelaskan wacana perintah berbakti kepada orang tua? Mana dalil yang menunjukan bahwa derajat aturan berbakti pada orang renta sejajar dengan rukun Iman dan rukun Islam?
Sebenarnya banyak dalil yang menunjukan wacana kewajiban berbakti kepada orang tua. Baik di dalam al-Qur'an maupun Hadits. Yang mana dengan adanya dalil tersebut menegaskan kepada kita bahwa tidak ada hal yang bisa mematahkan atau membantah berbakti pada ayah dan ibu itu tidak wajib.
Berikut beberapa dalil Al-Qur'an wacana kewajiban berbakti kepada orang tua:
Q.S. Al-Isra' Ayat 23
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kau jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya hingga berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau menyampaikan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kau membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia", (Q.S. Al-Isra':23)
Perhatikan dalil di atas. Pada Q.S. Al-Isra' : 23 tersebut, Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk hanya menyembah kepada Tuhan yang Esa yaitu Allah SWT. Kemudian dilanjutkan memerintah kepada hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Kedua perintah Allah tersebut saling berdampingan.
Menurut sebagian ulama hebat tafsir (mufasirin), mereka menafsirkan bahwa urgensi perintah menyembah Allah sejajar dengan perintah berbakti kepada orang tua. Ini artinya Allah tidak akan pernah mendapatkan amalan ibadah kita apabila kita durhaka kepada ibu dan ayah kita.
Tidak berhenti hingga di situ. Allah juga melarang hamba-Nya supaya tidak mengeluarkan kalimat yang menyinggung orang tua, walaupun itu hanya kata "AH". Ulama hebat fiqih (fuqoha) mengqiyaskan atau menyamakan kata "AH" dengan perbuatan yang menyakiti hati maupun fisik orang tua. Jadi, berkata "AH" saja dihentikan apalagi hingga membentak bahkan memukul.
Q.S. Al-Isra' ayat 23 di atas menegaskan betapa tingginya derajat kedua orang tua. Maka kita sebagai anak wajib berbakti kepada kedua orang renta sebagaimana kita selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Jika tidak, maka konsekuensi yang harus diterima sama menyerupai melupakan Allah SWT.
Q.S. Ash-Shaffat Ayat 102
Maka tatkala anak itu hingga (pada umur sanggup) berusaha bahu-membahu Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sebenarnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S.Ash-Shaffat:102)
Ayat di atas mengisahkan obrolan antara Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ismail as. Ketika itu Nabi Ibrahim sebagai ayah dari anaknya yang berjulukan Nabi Ismail menerima wahyu lewat mimpi. Isinya yakni perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya, yakni Ismail as. Sungguh di luar dugaan, anak semata wayang yang selama ini dia dambakan kelahirannya kini harus disembelih. Dengan berat hati dia menceritakan kepada anaknya wacana wahyu tersebut. Dan luar biasa, Nabi Ismail sebagai anak yang berbakti, ia bersedia disembelih alasannya yakni itu merupakan wahyu dari Allah. Nabi Ismail as mau mengorbankan nyawanya demi perintah orang renta dan perintah dari Allah SWT.
Dialog di dalam Q.S. Ash-Shaffat ayat 102 di atas merupakan sebuah pelajaran yang harus diteladani. Melalui ayat tersebut pula Allah SWT bermaksud memberikan pesan kepada seluruh umat insan supaya berbakti kepada orang renta dan selalu taat kepada Tuhannya. Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu mematuhi perintah orang renta selama perintah tersebut tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah (ajaran Islam).
Q.S. Luqman Ayat 14-15
(14). Dan Kami perintahkan kepada insan (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (15). Dan jikalau keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu wacana itu, maka janganlah kau mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kau kerjakan. (Q.S. Luqman:14-15)
Jelas disebutkan pada dalil Q.S. Luqman ayat 14 bahwa Allah memerintah insan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Di dalam ayat tersebut Allah menjelaskan betapa susah payahnya ibu memperjuangkan kehidupan anaknya. Mulai semenjak dalam kandungan hingga bisa mengenal agama dan dunia. Ibu telah mengandung selama 9 bulan, menyusui anaknya selama 2 tahun, kemudian merawat serta mendidik anaknya. Di tegaskan di dalam ayat "keadaan lemah yang bertambah-tambah", derita di atas penderitaan, susah di atas kepayahan, dan pahit di atas kepahitan. Maka dari itu, kita sebagai anak tidak pantas durhaka kepada orang tua, terutama ibu. Karena merekalah yang memperjuangkan kita sehingga hidup senang menyerupai sekarang.
Pada Q.S. Luqman ayat 15 Allah juga menjelaskan. Kalau pun orang renta mengajak anaknya untuk mempersekutukan Allah, menyuruh berbuat hal yang bertentangan dengan Islam. Kita sebagai anak pun tidak boleh membenci apalagi memusuhi mereka. Sebagai anak, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka, tetap menjaga hati dan perasaan mereka. Di dalam ayat ini, Allah telah mengingatkan betapa mulianya posisi dan kiprah kedua orang tua. Harus tetap berbuat baik walaupun berbeda agama.
Dan berikut beberapa Hadits wacana kewajiban berbakti kepada orang tua:
Hadits Riwayat Imam Bukhari #5515
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan] dan [Syu'bah] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib] dia berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Habib] dari [Abu Al 'Abbas] dari [Abdullah bin 'Amru] dia berkata; seorang pria berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Saya hendak ikut berjihad." Beliau kemudian bersabda: "Apakah kau masih mempunyai kedua orang tua?" dia menjawab; "Ya, masih." Beliau bersabda: "Kepada keduanya lah kau berjihad."
(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5515 //hadits,net)
Hadits di atas menceritakan wacana seorang pria yang ingin ikut jihad bersama Rasulullah SAW namun ia tidak mampu. Kemudian Rasulullah menegaskan kepadanya untuk berjihad pada kedua orang tua. Hadits tersebut menjelaskan bahwa berbakti kepada orang renta merupakan jihad di jalan Allah.
Jihad di zaman Rasulullah sangat terang maknanya, yakni terjun ke medan pertempuran membela agama Islam memerangi orang kafir. Orang yang terbunuh dalam jihad di hukumi mati syahid dan nirwana yakni jaminannya. Namun bagi mereka yang tidak mampu, Rasulullah menegaskan bahwa berbakti kepada kedua orang renta merupakan jihad di jalan Allah.
Hadits Riwayat Imam Bukhari #5514
Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari ['Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah] dari [Abu Zur'ah] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang pria tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya berbakti kepadanya?" dia menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" dia menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." [Ibnu Syubrumah] dan [Yahya bin Ayyub] berkata; telah menceritakan kepada kami [Abu Zur'ah] hadits menyerupai di atas."
(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5514 //hadits,net)
Di lain waktu ada juga seoranglelaki yang mendatangi Rasulullah kemudian bertanya kepada dia wacana orang yang berhak kita muliakan. Lalu Rasulullah bersabda bahwa orang yang paling berhak dimuliakan yaitu "ibu", nama "ibu" disebut dalam hadits tersebut hingga 3 kali gres kemudian menyebut nama "ayah" 1 kali.
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang paling berhak dimuliakan didunia ini yakni kedua orang tua, dan yang paling utama yakni ibu gres kemudian ayah. Tanpa mengesampingkan kiprah seorang ayah, hadits di atas menunjukan betapa mulia dan besarnya kiprah seorang ibu.
Demikian dalil wacana kewajiban berbakti kepada orang tua. Dengan beberapa dalil di atas, supaya kita lebih menyayangi, mencintai, menghormati, dan berbakti kepada kedua orang renta kita. Dan ingat, ridho Ilahi ada pada ridho kedua orang renta kita. Jangan harap hidup kita bisa damai selama kedua orang renta kita tidak meridhoi apa yang menjadi pilihan dan tindakan kita.
Sebagaimana kisah Seorang Ahli Ibadah Yang Celaka Akibat Doa Ibu, silahkan baca selengkapnya. Di dalam kisah tersebut mengisyaratkan betapa ampuhnya doa orang tua. Seorang yang taat dan rajin beribadah saja bisa celaka alasannya yakni murkanya orang tua. Apalagi orang biasa menyerupai kita yang senantiasa lalai, lupa, bahkan sengaja membentak orang tua. Sekian supaya bermanfaat.
Orang beriman wajib meyakini 6 rukun iman. Salah satunya yakni meyakini bahwa Allah SWT yakni satu-satunya Tuhan yang disembah, tiada sekutu bagi-Nya. Namun, jikalau ia meyakini ada sesuatu yang melebihi kekuasaan Allah, berarti ia telah melanggar kewajiban sebagai seorang mukmin. Maka ia tidak lagi dianggap sebagai mukmin melainkan musyrik, yakni orang yang menyekutukan Allah SWT.
Begitu pula dalam rukun Islam. Sebagai orang Islam maka wajib melakukan 5 rukun Islam, yakni syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bila mampu. Apabila ada orang mengaku muslim tetapi meninggalkan salah satu dari rukun Islam, atau bahkan dengan tegas ia menentang dan menolak rukun Islam. Berarti ia terang melanggar kewajiban sebagai seorang muslim. Maka ia tidak lagi disebut sebagai muslim melainkan kafir, yakni orang yang menentang kebenaran Islam.
Musyrik dan Kafir yang menentang Allah, tentu akan menerima ganjaran berupa siksaan api neraka yang amat sangat pedih. Beruntunglah bagi Mukmin dan Muslim yang senantiasa mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam anutan Islam, berbakti kepada orang renta hukumnya yakni wajib. Kewajiban berbakti kepada orang renta hukumnya sejajar dengan kewajiban di dalam rukun Islam. Bahkan beberapa ulama berpendapat, bahwa derajat berbakti kepada orang renta sejajar dengan perintah menyembah Allah SWT. Ini artinya, konsekuensi durhaka kepada orang renta sama menyerupai musyrik dan kafir. Lalu apa dasarnya? Adakah dalil yang menjelaskan wacana perintah berbakti kepada orang tua? Mana dalil yang menunjukan bahwa derajat aturan berbakti pada orang renta sejajar dengan rukun Iman dan rukun Islam?
Dalil Naqli Tentang Kewajiban Berbakti Pada Kedua Orang Tua
Sebenarnya banyak dalil yang menunjukan wacana kewajiban berbakti kepada orang tua. Baik di dalam al-Qur'an maupun Hadits. Yang mana dengan adanya dalil tersebut menegaskan kepada kita bahwa tidak ada hal yang bisa mematahkan atau membantah berbakti pada ayah dan ibu itu tidak wajib.
Dalil Al-Qur'an Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua
Berikut beberapa dalil Al-Qur'an wacana kewajiban berbakti kepada orang tua:
Q.S. Al-Isra' Ayat 23
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya:"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kau jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya hingga berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kau menyampaikan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kau membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia", (Q.S. Al-Isra':23)
Perhatikan dalil di atas. Pada Q.S. Al-Isra' : 23 tersebut, Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk hanya menyembah kepada Tuhan yang Esa yaitu Allah SWT. Kemudian dilanjutkan memerintah kepada hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Kedua perintah Allah tersebut saling berdampingan.
Menurut sebagian ulama hebat tafsir (mufasirin), mereka menafsirkan bahwa urgensi perintah menyembah Allah sejajar dengan perintah berbakti kepada orang tua. Ini artinya Allah tidak akan pernah mendapatkan amalan ibadah kita apabila kita durhaka kepada ibu dan ayah kita.
Tidak berhenti hingga di situ. Allah juga melarang hamba-Nya supaya tidak mengeluarkan kalimat yang menyinggung orang tua, walaupun itu hanya kata "AH". Ulama hebat fiqih (fuqoha) mengqiyaskan atau menyamakan kata "AH" dengan perbuatan yang menyakiti hati maupun fisik orang tua. Jadi, berkata "AH" saja dihentikan apalagi hingga membentak bahkan memukul.
Q.S. Al-Isra' ayat 23 di atas menegaskan betapa tingginya derajat kedua orang tua. Maka kita sebagai anak wajib berbakti kepada kedua orang renta sebagaimana kita selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Jika tidak, maka konsekuensi yang harus diterima sama menyerupai melupakan Allah SWT.
Q.S. Ash-Shaffat Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya:Maka tatkala anak itu hingga (pada umur sanggup) berusaha bahu-membahu Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sebenarnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Q.S.Ash-Shaffat:102)
Ayat di atas mengisahkan obrolan antara Nabi Ibrahim as dengan Nabi Ismail as. Ketika itu Nabi Ibrahim sebagai ayah dari anaknya yang berjulukan Nabi Ismail menerima wahyu lewat mimpi. Isinya yakni perintah dari Allah untuk menyembelih anaknya, yakni Ismail as. Sungguh di luar dugaan, anak semata wayang yang selama ini dia dambakan kelahirannya kini harus disembelih. Dengan berat hati dia menceritakan kepada anaknya wacana wahyu tersebut. Dan luar biasa, Nabi Ismail sebagai anak yang berbakti, ia bersedia disembelih alasannya yakni itu merupakan wahyu dari Allah. Nabi Ismail as mau mengorbankan nyawanya demi perintah orang renta dan perintah dari Allah SWT.
Dialog di dalam Q.S. Ash-Shaffat ayat 102 di atas merupakan sebuah pelajaran yang harus diteladani. Melalui ayat tersebut pula Allah SWT bermaksud memberikan pesan kepada seluruh umat insan supaya berbakti kepada orang renta dan selalu taat kepada Tuhannya. Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu mematuhi perintah orang renta selama perintah tersebut tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah (ajaran Islam).
Q.S. Luqman Ayat 14-15
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ . وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya:(14). Dan Kami perintahkan kepada insan (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (15). Dan jikalau keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu wacana itu, maka janganlah kau mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kau kerjakan. (Q.S. Luqman:14-15)
Jelas disebutkan pada dalil Q.S. Luqman ayat 14 bahwa Allah memerintah insan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Di dalam ayat tersebut Allah menjelaskan betapa susah payahnya ibu memperjuangkan kehidupan anaknya. Mulai semenjak dalam kandungan hingga bisa mengenal agama dan dunia. Ibu telah mengandung selama 9 bulan, menyusui anaknya selama 2 tahun, kemudian merawat serta mendidik anaknya. Di tegaskan di dalam ayat "keadaan lemah yang bertambah-tambah", derita di atas penderitaan, susah di atas kepayahan, dan pahit di atas kepahitan. Maka dari itu, kita sebagai anak tidak pantas durhaka kepada orang tua, terutama ibu. Karena merekalah yang memperjuangkan kita sehingga hidup senang menyerupai sekarang.
Pada Q.S. Luqman ayat 15 Allah juga menjelaskan. Kalau pun orang renta mengajak anaknya untuk mempersekutukan Allah, menyuruh berbuat hal yang bertentangan dengan Islam. Kita sebagai anak pun tidak boleh membenci apalagi memusuhi mereka. Sebagai anak, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka, tetap menjaga hati dan perasaan mereka. Di dalam ayat ini, Allah telah mengingatkan betapa mulianya posisi dan kiprah kedua orang tua. Harus tetap berbuat baik walaupun berbeda agama.
Dalil Hadits Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua
Dan berikut beberapa Hadits wacana kewajiban berbakti kepada orang tua:
Hadits Riwayat Imam Bukhari #5515
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ وَشُعْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا حَبِيبٌ قَالَ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُجَاهِدُ قَالَ لَكَ أَبَوَانِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
Terjemah:Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Sufyan] dan [Syu'bah] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Habib] dia berkata. Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Katsir] telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Habib] dari [Abu Al 'Abbas] dari [Abdullah bin 'Amru] dia berkata; seorang pria berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Saya hendak ikut berjihad." Beliau kemudian bersabda: "Apakah kau masih mempunyai kedua orang tua?" dia menjawab; "Ya, masih." Beliau bersabda: "Kepada keduanya lah kau berjihad."
(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5515 //hadits,net)
Hadits di atas menceritakan wacana seorang pria yang ingin ikut jihad bersama Rasulullah SAW namun ia tidak mampu. Kemudian Rasulullah menegaskan kepadanya untuk berjihad pada kedua orang tua. Hadits tersebut menjelaskan bahwa berbakti kepada orang renta merupakan jihad di jalan Allah.
Jihad di zaman Rasulullah sangat terang maknanya, yakni terjun ke medan pertempuran membela agama Islam memerangi orang kafir. Orang yang terbunuh dalam jihad di hukumi mati syahid dan nirwana yakni jaminannya. Namun bagi mereka yang tidak mampu, Rasulullah menegaskan bahwa berbakti kepada kedua orang renta merupakan jihad di jalan Allah.
Hadits Riwayat Imam Bukhari #5514
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ بْنِ شُبْرُمَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ وَقَالَ ابْنُ شُبْرُمَةَ وَيَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ مِثْلَهُ
Terjemah:Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari ['Umarah bin Al Qa'qa' bin Syubrumah] dari [Abu Zur'ah] dari [Abu Hurairah] radliallahu 'anhu dia berkata; "Seorang pria tiba kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya berbakti kepadanya?" dia menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "kemudian siapa lagi?" dia menjawab: "Ibumu." Dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dia menjawab: "Kemudian ayahmu." [Ibnu Syubrumah] dan [Yahya bin Ayyub] berkata; telah menceritakan kepada kami [Abu Zur'ah] hadits menyerupai di atas."
(Kitab Hadits Bukhari Bab Adab Nomor 5514 //hadits,net)
Di lain waktu ada juga seoranglelaki yang mendatangi Rasulullah kemudian bertanya kepada dia wacana orang yang berhak kita muliakan. Lalu Rasulullah bersabda bahwa orang yang paling berhak dimuliakan yaitu "ibu", nama "ibu" disebut dalam hadits tersebut hingga 3 kali gres kemudian menyebut nama "ayah" 1 kali.
Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang paling berhak dimuliakan didunia ini yakni kedua orang tua, dan yang paling utama yakni ibu gres kemudian ayah. Tanpa mengesampingkan kiprah seorang ayah, hadits di atas menunjukan betapa mulia dan besarnya kiprah seorang ibu.
Demikian dalil wacana kewajiban berbakti kepada orang tua. Dengan beberapa dalil di atas, supaya kita lebih menyayangi, mencintai, menghormati, dan berbakti kepada kedua orang renta kita. Dan ingat, ridho Ilahi ada pada ridho kedua orang renta kita. Jangan harap hidup kita bisa damai selama kedua orang renta kita tidak meridhoi apa yang menjadi pilihan dan tindakan kita.
Sebagaimana kisah Seorang Ahli Ibadah Yang Celaka Akibat Doa Ibu, silahkan baca selengkapnya. Di dalam kisah tersebut mengisyaratkan betapa ampuhnya doa orang tua. Seorang yang taat dan rajin beribadah saja bisa celaka alasannya yakni murkanya orang tua. Apalagi orang biasa menyerupai kita yang senantiasa lalai, lupa, bahkan sengaja membentak orang tua. Sekian supaya bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar